Senin, 05 Agustus 2013

Shit Story

Hello. I'll share what I feel now. If you read this, it look like a simple thing. But the truth, it is very complicated.
Kehilangan sahabat itu berat.
Beberapa bulan yang lalu gue sempet ngalamin yang namanya miss communication sama sahabat gue. Gue bener-bener 'lost contact' sama mereka walaupun satu sekolah bahkan satu kelas. Setiap ketemu selalu tercipta sebuah awkward moment antara kami. Gue udah beberapa kali minta maaf lewat sms atau langsung tapi ga dapet respon positif. Awalnya gue emang kecewa dan kesel sama mereka. Tapi lama-kelamaan, gue sadar mungkin gue emang bersalah banget sama mereka dan salahnya itu fatal. Walaupun sampai saat ini gue gatau salah gue itu apa. Dengan perasaan bersalah yang terus membatin, gue mulai mencoba nyari beberapa teman baru. Susah susah gampang sih. Tapi tetep aja walau udah dapat teman baru, ga akan bisa ngegantiin posisi sahabat gue itu. Sahabat beda dengan teman. Akhirnya, sahabat-sahabat gue itu tetep bermain bersama dan gue coba bermain dengan teman deket baru. Singkat cerita, sepulang retret gue dapat SMS dari mereka yang isinya permintaan maaf. Disaat nerima itu, gue bingung harus gimana. Apakah gue harus bersifat sebagai si penerima maaf atau si pemohon maaf. Akhirnya gue ngelakuin keduanya, walaupun sebenernya gue ga ngerasa mereka punya salah. Karena notabene-nya mereka marah kan karena gue yang salah fatal sama mereka. Semenjak itu, beberapa omongan kecil mulai terjalin walaupun masih awkward. Entah gimana mau mendeskripsikan perasaan gue. Gue seneng karena udah dimaafin. Gue penasaran karena belum tau salah gue apa. Gue sedih karena semenjak itu kita bener-bener ga ada kedekatan apapun lagi, palingan cuma sekedar sapa. Just it. Padahalkan banyak banget moment suka-duka yang dilewatin bareng. Sekejam itukah mereka melupakan itu? Gue aja selalu nangis dan haru kalau nginget itu. I don't know what I must do to solve this problem.
Peringkat itu sementara.
Di kelas 10 gue emang dapat ranking. Setelah naik ke kelas 11, gue dapat kelas yang isinya 'Brainy' semua. Mungkin orang-orang yang ranking 1-30 di angkatan gue. Disatu sisi bangga, berarti gue termasuk dalam murid golongan itu. Disatu sisi gue takut, setiap harinya gue bakal ngelakuin dan ngalamin 'Hunger Games' di kelas. Pasti satu sama lain bakal kejar-kejaran nilai. Dan yang paling menyedihkannya lagi, itu berarti 'no time to joke and relax'. Tipe orang moody kaya gue bakal susah. Masa iya gue tetep selengean padahal semua teman kelas gue fokus belajar. Masa gue harus 'poker face', gue ga mau lakuin itu. Jadi diri sendiri itu lebih hidup. Padahal gue pernah berpikir, masa SMA harus lebih mengasyikan dibandingkan masa SMP. Mungkin sesekali jadi bad girl juga gapapa demi ngerasain indahnya masa muda. Ya kalau kondisinya gini mah rasanya gue udah salah prediksi. Gue tetap berteguh kalau gue harus ngejalanin semuanya dengan enjoy. Peringkat itu sementara. Nilai itu bukan ilmu. So, kita mengejar pendidikan untuk ilmu bukan nilai. Dan gue percaya, untuk menjadi yang terbaik itu ga harus menjadi yang no1 tapi dengan ngelakuin peranan dan tugas pribadi kita untuk sekeliling dengan baik udah menjadikan kita terbaik.  Doain aja nanti gue bisa menjadi seorang 'Katniss Everdeen'.
Keluarga adalah bagaimana diri kita.
Setiap keluarga punya jalur perjalanan hidupnya masing-masing. Termasuk keluarga gue. Gue terlahir di keluarga yang amat teramat sederhana. Dengan kedua orangtua yang bertolak belakang kepribadiannya dan seorang abang yang selalu mau 'young, wild, and free'. Gue akuin keluarga gue bukan keluarga yang harmonis. Bohong kalau gue bilang keluarga harmonis. Sering banget perbedaan-perbedaan muncul. Dari hal kecil sampai hal besar yang kompleks banget. Apa yang terjadi di keluarga gue ini selalu ngebatin ke gue dan abang gue. Semakin lama bertumbuh dewasa dan semakin mendalam juga bagaimana keluarga gue itu. Gue ga bisa dan ga mau banyak cerita tentang apa inti sebenarnya. Tapi gue cuma mau meninggalkan ke-negatif-an keluarga gue dan memperdalam ke-positif-an keluarga gue agar bagaimana diri gue semakin tergambar jelas.
Segala sesuatu-nya adalah sia-sia. Semua-nya adalah sia-sia. FANA.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar