Minggu, 25 September 2011

Berusaha tuk Memaafkan dan Dimaafkan

Untuk peresmian Gereja Santo Alrnoldus Bekasi, sekolah SMP Santa Lusia kebagian tugas untuk nampilin tarian untuk perarakan Uskup beserta rombongannya. Suster Okta yang bertanggung jawab atas tugas itu. Suster Okta milih Dewi - Darius, Andini - William, Faustina - Martin, Mariana - Boni, Agatha - Roberto sebagai penarinya dan tarian yang dipilih yaitu Tarian Karo (Katolik Si Badia).
Pertama kali, kita dikasih tau bahwa kita akan mengiringi Uskup dari altar ke depan pintu gereja. Oke, kita udah latihan semaksimal mungkin untuk tugas itu. Kedua kali, kita dikasih tau bahwa kita akan mengiringi Uskup dari depan pintu gereja ke gedung pastoral. Oke, kita nerima itu dan ngubah gerakan kita untuk menyesuaikan. Sampai pada saat gladi bersih, kita udah latihan semaksimal mungkin sampai-sampai kita gak ikut ekstra kulikuler demi tugas itu. Kita merasa udah mantap sama tarian itu. Tapi, sewaktu kita mau pulang dari gladi bersih kita dipanggil dan disuruh nunjukin ulang tarian kita oleh dua bapak-bapak. Oke kita terima, kita nari ulang dan ternyata dua bapak-bapak yang minta ngulang itu malah gak perhatiin tarian kita. Sementara kita latihan, Suster Okta dan bapak itu berunding. Ketiga kali, kita disuruh mengiringi Uskup dari depan pintu gereja ke panggung gembira. Buju buneng seneng kesel banget kita. Ckck. Kita tetep balik ke sekolah. Disekolah lagi-lagi kita harus ganti formasi tarian. Kita latihan semaksimal mungkin karena Minggu udah tampil. Kita latihan serius dan berusaha menampilkan tarian terbaik.
Dan sekarang minggu...
Datang jam 07.00 di gereja, kita harus masang kostum dan tudung. Bagaikan nenek-nenek mau lari dan lompat saat masang kostum dan tudung (maksudnya susah). Sampai pada jam 08.30, kita ikut Ekaristi.
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
Akhirnya sampai pada waktunya kita tampil. Kita udah siap-siap, eh ternyata kita harus nunggu kata sambutan dari beberapa orang dulu. "Sabar ya Din!" "Iya, gue sabar." Oke, kita tunggu sampai pada akhirnya kita tampil. Sewaktu tampil dua bapak-bapak kemaren, nyuruh kita mengiringi Uskup hanya sampai gedung pastoral dan kita disuruh ganti formasi saat itu juga. *nyess* Suster Okta nyuruh kita tampil semaksimal mungkin seperti apa yang udah kita latih. Dan kita pun lakuin itu. Tapi pada saat pelaksanaan, banyak banget orang yang gue rasa ngebuat kita gak konsentrasi. Tarian kita gak semantep yang kita harapkan. Kesalahan sana sini saat nari. Tapi itu wajar, karena itu spontanitas karena kita bingung harus gimana.
Intinya, kita malu karena orang-orang kira kita gak siap dan gak matang untuk menampilkan tarian karo itu. Padahal semuanya udah mantep. Tapi karena dua bapak-bapak itu, kita jadi bingung dan ngerasa gak dihargain.
Oke, gue berusaha untuk gak kesel dan semoga gue bisa lakuin itu.
Untuk kedua bapak-bapak itu, "Bapak, tahukah perasaan kami saat menampilkan tarian itu? Bukankah lebih baik Bapak memberitahukan perubahan formasi tarian dari jauh hari? Bisakah Bapak menghargai usaha kita dan Suster Okta? Apakah Bapak mampu untuk menggantikan posisi kami? Bagaimana perasaan Bapak bila ada di posisi kami sebagai penari atau Suster Okta? Kami manusia Pak, punya rasa amarah atau kesal. Kita tak bisa sempurna seperti Yesus. Kita akan berusaha memaafkan kesalahan Bapak dan Panitia. Kami meminta maaf bila kami tak bisa menari dengan baik tadi. Terimakasih."
Walau tarian gak terlalu mantap, gue bangga udah bisa menari demi Yesus, SMP Santa Lusia, dan Karo (suku gue).

Tidak ada komentar :

Posting Komentar